Ta'aruf KISAH NYATA (bukan novel/film)
 2 ORANG sepupu saya adalah remaja "gaul" yang cukup sering bergonta-ganti pacar. Wajah dan penampilan mereka pun cukup mendukung untuk menggaet lawan jenis mana pun yang mereka mau. Walaupun sudah berpacaran selama bertahun-tahun, sayang, tidak ada satupun pacar mereka yang bertahan sampai ke kursi pelaminan.
Umur sudah makin bertambah, dan hasrat untuk berkeluarga pun sudah semakin besar. Kedua orang sepupu-ku itu masing2 ingin menikah. Hanya saja, saat mereka benar-benar ingin serius dalam menjalin hubungan, jodoh kabur entah kemana...
Tanya sana tanya sini, minta kenalin sama si anu, minta kenalin sama si ini. Berbagai cara mereka lakukan untuk bertemu dengan sang pujaan hati. Hanya saja, Allah mungkin menangguhkan pertemuan mereka.
Tiba2, sepupu saya si A membawa "calon"nya untuk diperkenalkan ke keluarga besar, dan mereka menyatakan ingin segera menikah. Keluarga tidak begitu kaget, karena mereka juga merasa "sreg" dengan si calon. Rencana pernikahan pun dipersiapkan untuk dilaksanakan beberapa bulan kemudian.
Kemudian, sepupu saya yg B juga memperkenalkan calon-nya kepada keluarga besar. Mereka baru berkenalan, tapi sudah merasa cocok. Dua-duanya sama2 sudah mapan dan dewasa, dan keluarga pun setuju untuk langsung menikahkan mereka. Dan dengan seketika, kepercayaan bahwa-harus-pacaran-lama-dulu-baru-nikah musnah seketika!
Anda tahu ta'aruf?
Ta'aruf adalah perkenalan antara 2 insan (cieeeee..) untuk dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Kedua sepupu saya di atas tidak ta'aruf, mereka (sebut saja) perkenalan.... sambil nonton bioskop, makan di restoran, dll. Tapi perkenalan mereka sangat sebentar. Tidak seperti Dian Sastro dan Abi Yapto yang sudah sekitar 6 tahun berpacaran tapi tiba2 putus.
Nah, kalo ta'aruf tuh: perkenalannya tidak hanya melibatkan 2 sejoli itu, tapi ada wakil2 dari masing2 applicant yang ikut berperan sebagai mata-lidah-dan telinga. Bisa dari pihak keluarga bisa dari pihak mentor/wali. Sehingga saat ta'aruf berlangsung, pembicaraan pun langsung to the point. Tidak seperti kalau nonton bioskop yang pembicaraannya bisa2 hanya seputar: "Elo suka film yg kek gimana?". Jadi terarah gitu.
Nggak jauh beda kan? Malah kalo ta'aruf tuh lebih civilized. Perkataan dan perilaku pun menjadi terjaga. Apakah anda masih berpikir bahwa ta'aruf adalah sesuatu yang wah dan "Ah hanya orang Islam fanatik yang begitu" ??
Bisa dibilang, 2 orang sepupu ku itu pun melakukan "ta'aruf", hanya saja mereka tidak melakukannya dengan cara-cara yang sebetulnya sudah ada (dan hanya tinggal dijalankan).
Ada yang tahu tradisi "perkenalan" ala Jepang? Dua orang yang ingin dijodohkan bertemu dalam ruangan sewaan (ada tempat penyewaannya gitu yang pake pintu geser dan berlantaikan tatami). Yang cewek biasanya pake kimono, yang cowok entah. Tapi di ruangan itu mereka bertemu untuk saling mengenal dan berbicara tentang diri masing2 untuk menemukan kecocokan. Bedanya (lagi) dengan ta'aruf, tidak ada pendamping. Sehingga obrolan mungkin akan menjadi kurang terarah dan malah, saling diem2an
Tuh, orang Jepang aja sebetulnya "berta'aruf". Terlepas dari reputasi orang Jepang yang terkenal binal atau apapun (jika merujuk pada manga/anime/dorama yg sering Anda lihat). Sama juga dengan perjodohan. Hanya saja memang cerita2 film sering mendiskreditkan perjodohan dan mengeksploitasi sikap orangtua yang cenderung memaksakan kehendak. Kalo ini mah kembali ke masing2 individu aja kan.
Coba lihat anak muda jaman sekarang yg pada sibuk berpacaran: belum apa2, sudah saling menodai dengan berciuman bibir, membelai2 kepala si wanita sementara si wanita bersender di bahu sang pria (padahal rambut adalah mahkota wanita ). Belom lagi kalo freesex. Kalo pacarannya sudah bergonta-ganti pasangan, apa ada yang mau menikah dengan "Piala Bergilir" seperti itu?? Ih, bekas...
Tidak terpikirkah oleh Anda perasaan suami/istri Anda saat mengetahui Anda adalah mantan itu anu, mantan si itu. Pernah ciuman sama si anu, pernah belai-belaian sama si itu.
*Ini adalah list pernyataan dari para penganut budaya pacaran yg sudah saya kumpulkan:
- "Eh lo udah pernah pacaran berapa kali?" (kesannya semakin banyak semakin hebat)
- "Eh lo sekarang lagi punya berapa pacar?" (kesannya semakin banyak semakin oke)
- "Eh lo udah pernah selingkuh belom?" (kesannya kalo udah itu keren)
- "Eh pacaran lo terakhir paling lama berapa lama?" (sudah saya bilang di atas bahwa lama pacaran tuh gak guna)
- "Eh lo udah pernah pacaran sama yg beda agama belom?" (kesannya kalo udah itu hebat)
- "Eh lo udah pernah pacaran sama cina belom?" (ini kisah nyata, bukan saya rasis)
- "Eh lo udah pernah ciuman belom?" (nah kan)
- dsb...
Memang gak semua orang gitu. Tapi bisa menyimpulkan betapa menjijikkannya budaya pacaran itu bukan?
Jika kedua sepupu saya di atas sempat berpacaran sebelumnya, ini ada kisah nyata Ta'aruf teman saya yang sangat mengharukan sekaligus membuat hati berdebar-debar. Membacanya membuat kita merasa ikut bahagia.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar